Pasi Sahlberg

Ruang seminar di gedung Ellen Wilkinson dipenuhi cahaya musim gugur yang hangat, membuat suasana terasa syahdu. Aku duduk dengan buku catatan setengah penuh, mencatat ide-ide tentang reformasi kebijakan pendidikan dunia. Sebelum seminar, ada baiknya kita harus banyak membaca jika tidak ingin terlihat seperti orang yang tidak tahu apa-apa di dalam forum. Kuliah di kampus kami secara umum memiliki 3 jenis, lecture berarti lebih banyak dosen yang presentasi dan bicara, seminar berarti berisi diskusi dan pertukaran gagasan, dan tutorial berarti pertemuan 4 mata untuk mengkonsultasikan tugas akhir dari mata kuliah tersebut.

Pagi itu, Dr. Silvie Lomer menulis empat huruf besar di papan tulis: G-E-R-M — Global Education Reform Movement.

“Ada yang tahu ciri-cirinya?” tanyanya.

Beberapa tangan terangkat: tes standar, kompetisi antar sekolah, akuntabilitas guru, gaji berbasis kinerja, privatisasi pendidikan. Semua kutulis, membentuk jaring ide kebijakan yang menyebar seperti virus.

“Sekarang,” lanjutnya, “negara mana yang menolak arah reformasi ini?”

“Finlandia,” jawab seorang mahasiswa.

“Tepat. Finlandia.”

Ia menulis dan melingkari kata itu. “Saat dunia mengejar standarisasi dan kompetisi, Finlandia justru sebaliknya—minim tes, lebih banyak kepercayaan pada guru, kolaborasi, dan keadilan sosial. Hasilnya? Salah satu yang terbaik di dunia.”

Aku penasaran: bagaimana mungkin pendekatan yang berlawanan justru berhasil? Malamnya, aku mencari di internet: Finland education reform resistance GERM. Di situlah aku menemukan nama Pasi Sahlberg.

Tulisan dan bukunya, Finnish Lessons, membuka pikiranku. Ia menjelaskan bagaimana pendidikan Finlandia berakar pada kepercayaan, profesionalisme guru, dan kesetaraan—bukan kompetisi. Aku membaca sampai larut malam, kagum bahwa ada sistem pendidikan yang tidak bergantung pada ujian besar dan tekanan pasar.

Minggu berikutnya, aku datang ke kelas dengan cetakan tulisan Sahlberg. “Finlandia bukan sekadar menolak arus utama,” kataku dalam diskusi, “mereka punya nilai berbeda: keadilan, kepercayaan, dan profesionalisme. Mungkin kita justru menanyakan hal yang salah tentang reformasi pendidikan.”

Bagiku, pagi itu di Manchester membawa pengetahuan baru. Aku belajar bahwa reformasi pendidikan bukan hanya soal kebijakan, tapi tentang jenis masyarakat dan manusia seperti apa yang ingin kita bentuk. Kita sudah pernah sedekat itu dengan model semacam ini. Apakah gagal? Belum ada bukti. Kini kita mendekat lagi ke model GERM, tes-tes yang semakin bertambah, dan cenderung bukan sebagai alat evaluasi melainkan kompetisi.

Dulu saya mengenal Pasi Sahlberg hanya lewat buku dan jurnal-jurnal yang ia tulis. Tanpa bertemu ia secara langsung. Atau paling tidak belum ada kesempatan. Namun beberapa hari lalu, di suatu simposium pendidikan di Singapura saya melihat ia berdiri begitu dekat. Menyuarakan hal-hal yang sama. Mencari alternatif atas GERM.

Tinggalkan komentar