Tidak ada yang menyangka, dulu saya hanya bisa membaca novelnya, hanya bisa membayangkan mungkin penulis ini sesalih karakter utama dalam setiap karya sastra yang ia tulis, secara tiba-tiba hari itu ketua pengajian Karisma Manchester, Media Wahyudi Askar, menghubungi saya. Isi pesannya “Cak boleh pinjam rumahnya untuk pengajian dengan kang Abik”. Kami tahu sedang ada proses pembuatan film Ayat-Ayat Cinta 2 di Glasgow. Tapi saya tidak menyangka kalau Habiburrahman El Shirazy, sang penulis novelnya, akan berkunjung ke Manchester.

Sebelum kajian dimulai, saya mengobrol beberapa hal dengan kang Abik. Beliau bercerita bahwa, ada nilai yang tidak tertulis dalam dunia sosial barat tentang beramah tamah. Sangat jarang orang Eropa untuk mempersilahkan tamu (bukan saudara) untuk masuk ke dalam rumah. Biasanya mereka hanya berbicara di pelataran saja atau halaman rumah saja. Apabila tamu itu diijinkan masuk ke dalam rumahnya, maka bisa dipastikan bahwa orang tersebut sudah menganggapnya sebagai saudara. Setelah kang Abik selesai menjelaskan, saya berkelakar bahwa kalau menggunakan standar Barat maka kang Abik ini sudah lebih dari saudara, karena tidak hanya saya persilahkan masuk ke dalam rumah saya, bahkan ke dapur rumah saya. Ini disebabkan karena hampir semua rumah di Inggris tidak memiliki ruang tamu, adapun ruang keluarga di rumah kontrakan saya saat itu, sudah saya sulap menjadi kamar. Sehingga apabila ada tamu, maka akan saya terima di bagian dapur.
Selain menjelaskan tentang budaya keramah tamahan barat, saya akhirnya tahu kenapa kang Abik menyempatkan untuk mengunjungi Manchester di tengah-tengah shooting film di Glasgow. Ia menjelaskan bahwa ia rindu dengan perpustakaan the University of Manchester. Ia membandingkan main library the University of Manchester dengan perpustakaan Al Azhar. Ia sendiri merupakan lulusan Al Azhar, Kairo, Mesir. Ia menjelaskan bahwa koleksi referensi Islam di perpustakaan UoM lebih banyak daripada koleksi referensi Islam di Al Azhar Kairo. Tentu, saya terkejut dengan pernyataan kang Abik ini. Beberapa teman mencoba mengklarifikasi dan kang Abik menjelaskan bahwa di Manchester, koleksi referensi Islam itu ada pada satu gedung tersendiri 3 lantai. Salah satu penyebab betapa banyaknya referensi Islam di kampus ini daripada di Al Azhar adalah negara ini pernah mengkoloni banyak negara Islam termasuk Mesir, di mana universitas Al Azhar berada. Sehingga banyak referensi yang dibawa juga ke perpustakaan-perpustakaan di Inggris termasuk di Manchester.
Keesokan harinya setelah pengajian dengan kang Abik saya mencoba membuktikan. Selama ini, saya selalu menyelesaikan tugas-tugas saya di perpustakaan. Tetapi saya tidak mampu menyadari kalau banyaknya koleksi referensi tentang Islam semasif itu di perpustakaan kampus. Untuk sekedar informasi, main library UoM terdiri dari 3 gedung utama. Gedung utama terdiri dari 5 lantai, sementara gedung kedua dan ketiga terdiri dari 3 lantai dan memiliki lantai M (Middle). Lantai M ini artinya dalam satu lantai ada dua tingkat dan biasanya tidak bisa dijangkau dengan lift, tetapi harus menggunakan tangga. Selain itu untuk, kategorisasi rak buku dibagi ke dalam 5 warna yaitu Green, Orange, Red, Purple, dan Blue. Ini bukan ansih rak bukunya yang berwarna tersebut, untuk melihatnya kita perlu melihat warna karpet di sana. Setelah mencoba membuktikan ucapan kang Abik, saya menemukan bahwa banyak koleksi Islam pada rak buku berwarna Orange, Green, dan Blue, beberapa di rak buku berwarna Red. Bahkan untuk rak buku berwarana orange, hampir semua space diisi oleh referensi islam mulai dari lantai 1 sampai yang paling atas. Untuk di lantai 0 yang berisi tentang referensi kedokteran-pun kita bisa menjumpai karya-karya peninggalan cendekiawan Islam bidang tersebut.

Ketika saya masuk ke bagian tengah perpustakaan, lebih tepatnya di lantai M2 tempat rak buku oranye, saya menemukan ribuan buku yang membahas tentang satu nama, yaitu Muhammad. Manusia terbaik yang menjadi teladan kita. Nama yang juga disematkan pada nama saya oleh bapak ibu saya. Ribuan koleksi ditulis oleh berbagai macam cendekiawan dari berbagai latar belakang dan tentunya dengan pendekatan yang beragam pula mulai yang bersifat orientalis hingga konservatif. Itupun belum termasuk koleksi referensi online seperti jurnal ilmiah atau artikel. Agar bisa memberikan gambaran tentang berapa banyak koleksi referensi Islam di kampus Manchester, anda bisa membuktikannya dengan mencari tahu di sini https://www.librarysearch.manchester.ac.uk/discovery/search?vid=44MAN_INST:MU_NUI lalu masukkan saja kata kunci seperti Muhammad, Islam, dan sebagainya dan lihat berapa banyak koleksinya.
Suatu hari seorang teman menanyakan kepada saya mengenai koleksi buku saya yang cukup banyak. Ia menanyakan apakah saya membaca semua buku itu. Saya pun menjawab dengan agak filosofis bahwa tidak semua buku itu saya baca, tapi ada hikmah di balik itu semua ketika kita tidak bisa membaca buku yang sudah kita beli. Hikmah itu adalah betapa ilmu kita sangat sedikit karena banyak sekali pengetahuan yang belum kita pahami lewat proses membaca. Dan di dalam perpustakaan itu, di tengah ribuan koleksi tentang Rasulullah Muhammad Saw., saya menyadari bahwa saya hanya tahu sedikit saja tentang Muhammad. Tentang orang paling mulia di penjuru alam semesta. Karena ada ribuan referensi tentangnya yang belum saya pernah saya baca. Tentu hal ini tidak membuat saya menyerah, melainkan menjadi motivasi untuk setidaknya berusaha mendalami Rasulullah lewat membaca berbagai referensi tentang beliau. Bagi saya pribadi, membaca dari berbagai sumber, termasuk yang kritis terhadap Islam, membantu kita memahami pandangan orang lain tentang sang Nabi. Hal ini penting untuk menjawab kritik secara bijaksana dan berbasis pengetahuan, serta membangun dialog yang lebih baik dengan berbagai kelompok. Seperti kata Jebara dalam bukunya Muhammad The World Changer, dalam hal apapun Nabi Muhammad adalah pemimpin yang selalu mendahulukan empati, keadilan sosial, dan inklusi, baik untuk komunitas Muslim maupun non-Muslim. Beliau membangun masyarakat yang berlandaskan pada prinsip moral, bukan hanya kekuasaan. Piagam Madinah adalah bukti nyata tentang ini.
Sejauh ini berikut beberapa buku tentang Muhammad Saw. yang sudah saya baca dan saya rekomendasikan:
- Sirah Nabawiyah karya Syekh Syafihurrahman Al Mubarakfuri – bisa dibeli di sini
- Muhammad: Prophet of Our Time karya Karen Armstrong – bisa dibeli di sini
- Muhammad Lelaki Penggenggam Hujan Karya Tasaro GK – bisa dibeli di sini
- Muhammad: Kisah Hidup Berdasarkan Sumber Klasik karya Martin Lings – bisa dibeli di sini
- Muhammad the World Changer karya Mohammad Jebara – bisa dibeli di sini
- The First Muslim karya Lesley Hazleton – belum ada versi Indonesia nya
- After the Prophet karya Lesley Hazleton – bisa dibeli di sini
Dengan membeli buku lewat link di atas, teman-teman telah membantu saya untuk tetap menulis. Terimakasih. 🙂