Waktu

Manusia, kita, selalu saja mengukur-ukur waktu. Sejak dulu. Mulai dari melihat posisi matahari, membuat obelisk dan jam pasir, menciptakan hitungan tahun, bulan, minggu, hari, jam, menit hingga detik, dan sekarang jam tangan hingga di dalam ponsel yang tiap saat kita pegang akan kita temukan penghitung waktu. Mungkin karena manusia memiliki ketakutan yang amat hebat akan waktu, yaitu kehabisan waktu. Bagi para saintis waktu, mungkin saja bersifat relatif, tapi yang pasti, meskipun relatif waktu yang lewat tak akan pernah bisa dikembalikan.

Mungkin itu kenapa bangsa Yunani mengenal waktu dalam dua konsep, yaitu Kronos dan Kairos. Kronos lebih kepada hitungan kuantitatif seperti jam, menit, detik. Sekarang kita tahu, dari mana istilah kronologis berasal. Sementara Kairos lebih kepada sifat-sifat yang kualitatif. Kronos bisa kita dapatkan secara berulang, tapi tidak dengan Kairos. Jika kita melewatkan satu menit Kronos, kita masih memiliki kesempatan untuk mendapatkan satu menit yang lainnya, tapi tidak dengan Kairos dari satu menit yang kita lewatkan tadi.

Waktu satu menit sangat pendek dalam hitungan Kronos, tapi bisa jadi bernilai tinggi secara Kairos. Tersenyum hanya butuh sekian detik saja, tapi bisa memberi dampak positif yang luar biasa. Mengucap salam kepada sesama mungkin hanya butuh waktu kurang dari lima detik, tapi Kairosnya bisa membuat orang lain menjadi seperti saudara.

Kronos saya sebagai guru bisa dibilang masih seumur jagung, mulai dari tahun 2010 hingga saat ini. Kurang lebih sekitar 10 tahun. Ada banyak murid yang sudah belajar bersama saya, tiap tahun selalu berganti.

– 9 tahun silam –

Beberapa dari mereka masih sering berkomunikasi, menanya kabar hingga berbagi pengalaman. Melihat 10 tahun ke belakang, saya merasa banyak waktu yang saya gunakan dengan tidak menjadi teladan yang baik bagi mereka. Namun, Kronos terus bergerak maju, sementara Kairos tak dapat kembali. Pun juga teman-teman sejawat lainnya mungkin merasakan hal yang sama.

Oleh karenanya, mari kita sama-sama berkomitmen untuk melihat waktu yang akan datang sebagai Kairos, untuk tidak pernah disia-siakan. Berupaya menjadi guru yang lebih baik, yang bersedia bermain dan belajar dengan murid, menyapa murid dengan tulus, dan mendisiplinkan mereka dengan cara-cara yang bermartabat. Karena waktu kita adalah hadiah terbaik untuk siswa kita. Dengan memberikan waktu yang kita miliki untuk mereka, sejatinya kita telah memberikan sebagian hidup kita yang tidak akan pernah kita dapatkan kembali.

“Demi waktu, sungguh manusia dalam keadaan rugi. Kecuali mereka yang beriman dan beramal shalih, serta mengingatkan dalam kebenaran dan kesabaran.”

Al Asr: 1-3

Satu pemikiran pada “Waktu

  1. Cocok tadz …. Jadi ingat pd sabda Nabi saw. yg sangat kita cintai, ada dua nikmat yg manusia sering menelantarkan, yaitu ; sehat dan sempat ….

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar