Crepes sudah di habiskan. Tujuan berikutnya yang paling dekat adalah sebuah simpang jalan terpadat di Tokyo. Shibuya Crossing.
Dalam angan, sudah terjadwalkan bahwa di sana saya akan mengambil foto yang bagus dengan latar orang-orang yang sedang menyeberang jalan, meskipun ada khekhawatiran bahwa juru kamera saya (baca: Nurul) kurang berpengalaman.
Jarak dari Takeshita street tidak begitu jauh. Sepanjang jalan, kami menemukan beberapa toko kebab Turki. Tentu saja, jalan yang saya sendiri tidak tahu namanya tersebut di dominasi oleh department store dengan koleksi baju dari brand-brand ternama yang tentunya harganya tidak terjangkau oleh dompet kami. Di antara bangunan-bangunan megah itu, kami sempat menjumpai Shrine. beberapa orang tua masuk ke dalam shrine untuk beribadah.

-Shrine di tengah bangunan-bangunan megah-
Beberapa kali kami juga menjumpai truk membawa megatron yang berisi video klip artis jepang dan tentunya dengan suara lagu yang begitu kencang. Saya mengira, itu adalah semacam promosi album musik.

-Promo musik di truk-
Beberapa titik sepanjang jalan dari Takeshita (Harajuku) menuju Shibuya juga sedang dibangun. Sehingga perpaduan suara antara kendaraan bermotor, kereta yang sedang lewat, truk berpengeras suara, suara muik dari mega tron, mesin-mesin perbaikan jalan dan bangunan, serta ramainya pejalan kaki menjadi sebuah harmoni tersendiri tentang kemetropolisan Tokyo yang tetap asyik untuk dinikmati.
Setelah berjalan selama kurang lebih 15 menit. Akhirnya kami menemukan simpang lima itu. Benar, ini simpang lima yang sangat ramai sekali dengan penyeberang jalan. Menyeberangi jalan, bersama orang-orang loka. Kemudian mengambil foto saat menyeberang Shibuya Crossing menjadi hal yang wajib dilakukan. Kami harus menyeberang beberapa kali untuk mendapatkan momen dan hasil foto yang pas.

-Ramainya pedestrian menyeberang jalan di Shibuya-
Setelah puas menyeberangi Shibuya Crossing, kami melihat beberapa orang berkumpul di satu sisi jalan di dekat bangunan utama stasiun Shibuya. Di sana terdapat plasa kecil yang dikelilingin oleh pohon yang cukup rindang. Awalnya kami mengira itu adalah tempat berteduh. Beberapa pedagang kaki lima juga membuka tokonya di plasa tersebut. Kami pun tertarik untuk melihat apa yang sedang dikerumuni orang-orang itu. Setelah menerobos kerumunan baru kami sadari mereka sedang mengantre untuk berfoto dengan patung Anjing. Dan kami baru ingat bahwa di Jepang, terdapat sebuah cerita yang melegenda tentang kesetiaan seekor anjing kepada majikannya. Di mana anjing itu selalu menunggu majikannya pulang kerja di depan stasiun. Namun, suatu hari sang majikan lama tidak pulang-pulang namun sang anjing tetap menunggu di depan stasiun hingga akhirnya meninggal di sana. ya, patung anjing itu adalah patung anjing legendaris Hachiko. Kamipun menyempatkan berfoto dengan Hachiko.

– Nurul berpose disebelah Hachiko-