Gustave Eiffel pada awalnya berencana membangun menara ini di Barcelona pada tahun 1888. Hanya saja, pemerintah Spanyol pada saat itu menganggap proyek ini terlalu mahal dan nampak “aneh” untuk landscape Barcelona. Hingga singat cerita Prancislah yang berani menerima tawaran sang arsitek. Ketika masa awal pembangunannya pun tidak sedikit pihak yang mengkritik pembangunan menara yang lebih mirip dengan menara radio ini.

Orang-orang yang bermental futuristik sepertinya memiliki perbedaan cara pandang sebuah investasi/pengorbanan. Bayangkan ratusan juta orang, termasuk saya, saat itu datang ke Paris dengan salah satu tujuan utama adalah untuk menyaksikan Tour Eiffel. Berapa banyak uang yang mengalir dan berputar di sana hanya karena sihir menara ini.
Baharudin Jusuf Habibie mungkin setali tiga uang dengan Gustave Eifel. Ia mampu berpikir jauh ke depan ketika ia mencoba merayu pemerintah Indonesia kala itu agar memiliki industri pesawat terbang sendiri. Pastilah dana investasi yang dibutuhkan tidaklah sedikit. Tapi di masa depan Indonesia tidak perlu lagi membeli pesawat dari negara lain seperti saat ini untuk menghubungkan satu pulau dengan pulau yang lainnya. Bahkan kita bisa menjual pesawat kita. Saya tidak tahu pasti hitung-hitungannya. Saya hanya membayangkan saat ini, perusahaan-perusahaan penerbangan kita seperti sedang kredit sepeda motor di sebuah jasa pembiayaan. Tentunya harga yang dibayarkan lebih mahal. Sehingga untuk menutupi biaya tersebut, harga tiket pesawat kita seringkali tidak bisa terjangkau oleh banyak kalangan.
Orang-orang bermental futuristik tak hanya memikirkan masa kini, tapi tentang masa depan. Sama halnya di dunia pendidikan, para pakar (WISE, 2014) sudah memprediksikan jika pendidikan ke depan adalah pendidikan yang mengoptimalkan student agency. Peran siswa haruslah lebih dominan, termasuk dalam memilih pelajaran atau topik apa yang ingin mereka tekuni, terutama di usia-usia sekolah menengah. Sementara peran guru lebih kepada mendesain pembelajaran mandiri serta menjadi fasilitator di dalam kelas. Sayangnya, saat ini kita diikat oleh batasan-batasan terstandar, dan enggan untuk lepas dari ikatan itu. Zona Aman yang membuat nyaman. Oleh karena itu mimpiku tak akan berhenti sebagai Eiffel dan Habibi dalam dunia pendidikan, lebih dari itu, menjadi penentu kebijakan yang menyetujui ide-ide gila yang futuristik.
Selamat berakhir pekan dengan keluarga …
#