Istanbul 3: Nanti Allah yang Ganti

catatan perjalananku
catatan perjalanan atas semua pertanyaanku
catatan perjalanan ini bermula darimu dan berakhir padamu
yang dulu kucari hingga ke penjuru dunia
ternyata ada di dalam diriku sendiri
inilah catatan perjalanan dari semua jawaban yang kucari
aku telah mengangkat langkah pertama dari tempatku menuju ke arahmu
kita akan bertemu
catatan perjalananku
catatan perjalanan berisi buah pikiranku
catatan perjalanan penuh cahaya yang ditulis dalam kegelapan
ia bagaikan Sang Fajar
tampak kuno, tapi selalu baru
inilah catatan perjalanan berisi peribahasa cinta
aku telah mengangkat langkah pertama dari tempatku menuju ke arahmu
kita akan bertemu
kita akan bertemu
Syair di atas merupakan terjemahan dari sebuah lagu dari penyanyi asal India Lucky Ali, liriknya sendiri ditulis oleh Irshad Kamil dan diiringi lagu dari komposer yang pernah meraih Oscar lewat Slumdog Millionaire yakni AR Rahman. Perjalanan-perjalanan yang aku lakukan pada intinya perjalanan untuk menjawab pertanyaan, tentang makna kehidupan, dari mana kita berasal, dan ke mana kita akan kembali. Dan aku beruntung, memiliki teman perjalanan Nurul, yang senantiasa terus menyemangati dan membantuku mengambil hikmah dari kejadian demi kejadian yang kami alami.
Akhirnya terpuaskan juga pelancong India ini dengan foto yang aku ambil. Sebelum kami masuk ke dalam masjid, kami hendak mengambil wudlu terlebih dahulu. Hanya saja, saya bingung di mana tempat wudlu baik laki-laki maupun perempuan. Saya memberanikan diri bertanya kepada salah seorang yang ada di halaman masjid tentang lokasi tempat wudlu. Beliau rupanya sedikit fasih berbahasa Inggris. Tidak hanya mengantarkan saya ke tempat wudlu, tetapi beliau juga mengajak saya berbicara. Beliau juga menunjukkan kalau tempat wudlu untuk perempuan ada di dalam masjid, tepat di belakang tempat shalat jamaah perempuan.
Setelah kami berdua mengambil wudlu, beliau bercerita banyak tentang dirinya, dan tentunya dengan menanyakan kepada saya tentang bebrapa informasi seperti dari mana berasal, sekolah di mana, sudah berapa lama menikah, apakah ke Istanbul untuk bulan madu, dan sebagainya. Tentu saja saya juga bertanya balik kepada beliau. Beliau menceritakan bahwa beliau adalah mahasiswa di Ummul Qura Mekkah dan mendalami ilmu hadis. Hal itu membuat saya kagum. Beliau menambahkan bahwa perjalanan menuntut ilmu adalah perjalanan jihad fii sabilillah, sehingga para penuntut ilmu itu adalah orang-orang yang dimuliakan.
Selanjutnya dia bercerita tentang keluarganya. Tentang istrinya yang berkebangsan Suriah. Dan keinginannya untuk memboyong istri dan kedua anaknya ke Saudi. Karena ia tidak fokus belajar ketika anak dan istrinya berada jauh darinya. Dia menceritakan tentang rumitnya mengurus visa di kedutaan Arab Saudi. Padahal Minggu depan ia hendak kembali ke Mekkah untuk melanjutkan kuliahnya. Kemudian ia juga bercerita jika di sana ia memiliki pekerjaan paruh waktu, sementara selama di Istanbul dia tidak bekerja.
Aku mengikuti semua cerita yang ia sampaikan hingga apada akhirnya ia meminta bantuanku. Dia membutuhkan sedikit uang tambahan, karena ia kehabisan persediaan tabungan. Ia harus membayar agen visa hari itu juga. Sementara hari ini adalah hari Minggu. Semua bank tutup. Ia tidak bisa mengambil uangnya. Ia menunjukkan sebuah angka di handphone nokia milikinya. Sebuah handphone tipe lama. Terdapat angka 80. Menandakan ia membutuhkan 80 Turki Lira. Ia sangat memohon bantuanku. Ia berjanji akan mendoakanku dan juga Nurul setibanya di tanah haram.
-Suasana Masjid Suleymani-
Aku curiga bahwa ini adalah sebuah aksi penipuan. Scam memang banyak ditemukan di kota-kota tujuan pariwisata. Dan ini kedua kalinya setelah peristiwa pertama di lapangan depan kampus Universitas Istanbul. Padahal aku berjanji tidak akan mudah percaya lagi. Untuk setiap bantuan yang orang tawarkan. Untuk setiap keakraban dari manusia-manusia yang baru kami temui. Tapi nyatanya empati kami lebih tinggi dari ego yang kami miliki. Sehingga akal sehat kami dikalahkan oleh emosi. Yang terjadi aku mengambil semua uang yang ada di saku celanaku. Ada sekitar 35 Turki Lira. Aku serahkan kepada beliau uang itu.
“I just have this! I hope it helps!”
Ia berkata bahwa pemberianku sudah sangat membantunya. Kemudian ia mendoakanku agar rahmat Allah senantiasa menyertaiku. “Jazakallah khair ya akhi” katanya padaku.
Aku melihatnya berjalan cepat, menuju salah satu pintu masjid Suleymani. Aku menuju ke bagian depan masjid, untuk melaksanakan shalat.
——-
Seusai shalat, Nurul datang kepadaku. Menanyakan keberadaan bapak tadi. Aku bilang dia sudah pergi. Kemudian aku meminta maaf kepada Nurul, karena telah memberi bapak itu semua uang yang ada di sakuku. Nurul hanya tersenyum “Nanti Allah yang ganti …!”

Satu pemikiran pada “Istanbul 3: Nanti Allah yang Ganti

  1. Ping balik: Istanbul 4: Belik Ekmek – Kaki Kaki Kita

Tinggalkan komentar