Perjalanan Yang Menentramkan

Bagi karyawan di instansi pendidikan swasta seperti saya ini, disiplin di mulai dengan datang tidak terlambat. Tantangan yang lebih berat lagi yang harus aku tundukkan di setiap waktu adalah datang lebih awal daripada siswaku sendiri.

Bagaimana tidak, ada banyak hal yang harus dikorbankan terutama waktu bersamamu. Ya bersamamu. Untungnya kamu orang yang paling mengerti aku di dunia ini. Tanggungjawabku terhadap muridku bukan hanya antara aku, kepala sekolah, dan orang tua mereka, melainkan juga kepada masa depan bangsa ini dan tentunya kepada Tuhan.

Bayangkan jika aku datang terlambat ke sekolah, kemudian para muridku melihatku demikian. Mereka akan mengambil pelajaran yang salah tentang ketidak displinan guru mereka. Sementara di lain sisi, aku meminta mereka untuk datang tepat waktu. Aku telah mengajari mereka tentang kemunafikan. Meminta mereka mengerjakan apa yang belum bisa aku kerjakan.

Bayngakan juga apabila pada saat pukul 4 sore ketika bel pulang sekolah, muridku datang menghampiriku kemudian memintaku untuk memberikan pelajaran tambahan karena ada materi yang tidak mampu mereka mengerti. Bukankah itu juga dikarenakan ketidak mampuanku menyampaikan materi di dalam kelas, sehingga ada di antara mereka yang belum mengerti? Lalu, apa pantas aku meninggalkannya. Ikhlas adalah kunci kedua.

Sungguh ada banyak waktu kita yang harus kita korbankan. Semoga Tuhan kelak mengggantinya dengan waktu-waktu kebersamaan kita yang lebih abadi.

Kau harus tahu, di saat pulang. Perjalanan 30 menit dari tempat kerja menuju rumah itu, Itulah perjalanan yang sangat menentramkan. Karena ada rindu pada bau tanah di halaman rumah yang engkau siram di kala sore hari, ada rindu pada hangatnya sup dari daun kelor yang baru kau petik dari pohonnya di belakang rumah, dan dari itu semua ada rindu pada bidadari yang senantiasa menunggu di balik pintu kemudian mengecup tanganku setibaku di rumah. Surgaa? mungkin tak sebanding. Tapi bagiku inilah serambinya.

Tinggalkan komentar