Wiskul (Wisata Kuliner) yang Tertunda

Ini adalah postingan yang sangat telat. Karena kesibukan di kantor dan di rumah, waktu untuk menuliskannya jadi terhambat.

Seperti judul yang telah tertera besar-besar di atas kakikaki kami melangkah menuju kota Malang. Tiket promo kereta Eksekutif Bima membawa kami menuju kota Apel. Rencana awal kami hendak mengunjungi museum Angkut yang lagi booming itu. Hanya saja rencana mendadak berubah karena preview yang sudah biasa yang kami dapatkan dari youtube mengenai lokasi wisata baru di kota Batu itu.

Ide muncul seketika ketika kami googling tentang Malang. Yang muncul ke layar kami saat itu adalah beberapa destinasi wisata kuliner Malang. Mulai dari Bakso Presiden hingga Ronde Titoni. Tentunya kami harus memilih beberapa dari sekian tempat makan yang ditawarkan salah satu website itu.

Bakso menjadi menu wajib ketika kemanapun kami pergi. Oleh karenanya kami memutuskan bakso Presiden sebagai tujuan pertama kami.

Secara rasa, Bakso ini tergolong biasa-biasa saja. Dibandingkan bakso Saimbang Sukodono favorit kami, rasanya masih kalah jauh. Hanya saja pengalaman uniknya adalah, warung bakso ini terletak di seberang rel kereta. Surabaya-Malang. Dan yang berkunjung ke sini kebanyakan adalah para public figure.

Destinasi kedua dari wisata kuliner kali ini adalah Toko Oen, toko legendaris sejak zaman kolonial Belanda. Di toko yang terletak bersebelahan dengan Masjid Jamik Malang itu, kami memesan ice cream yang menjadi sajian khas toko ini. Hanya saja kami harus bersabar karena memang antrian di toko ini cukup panjang, beberapa yang tidak sabar harus meninggalkan toko. Tentang rasa ice creamnya? Harus kami bilang “Standar”. Hanya sensasi makan ice cream di tempat bersejarah.

Setelah kami Shalat di masjid Jamik Malang, kami menuju toko buku, kebetulan sahabat saya dr. Tenta Hartian baru saja menikah dan kami belum memberikan kado apapun. Akhirnya kami sepakat memberikan kado favorit kami ke setiap pasangan pengantin yaitu buku “Bahagia Merayakan Cinta” karya Ustad Salim A Fillah.

Sepulang dari toko buku, kami mampir sebentar di warung Es Campur Dempo. Kami memesan Es Durian Dempo. Rasanya? Mantab Jaya. Saya bahkan pesan 2 porsi. Cuman ya dengan konsekuensi si Nurul sedikit cemberut. Karena si doi selalu was-was dengan gula berlebih. hehehehe… Saya suka caranya mencintai saya…

Perut sudah penuh, kami harus mengembalikan motor pinjaman kami ke Tenta. Kami berjanji untuk bertemu dengannya di Rs. Lavalette. Kami berikan buku yang kami beli tadi. Akhirul kalam terimakasih mas Tenta Hartian dan mbak Nayu, barakallah…

Tinggalkan komentar