Perjalanan ini bukan melulu tentang kisah-kisah eksotis, perpindahan dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Perjalanan ini seperti melihat diri sendiri dari sudut pandang yang berbeda.
7 Hari 3 Kota 1 Cinta
Ialah tentang Semarang. Dengan masjid Agung Jawa Tengah yang berdiri megah di atas tanah wakaf yang sudah raib sekian lama. Tentang Lawang Sewu yang sudah tidak lagi angker sehingga tidak ada lagi acara tv yang berbau “uji nyali” menggunakannya. Tentang Simpang Lima dan keramaiannya. Tentang gereja Beledug di kota Lama yang berdiri megah. Lalu terpikir oleh kami, bagaimana bangunan ini begitu bertahan sangat lama. Menjadi saksi bisu sejarah yang terjadi di sana.

7 Hari 3 Kota 1 Cinta
Lalu tentang Bandung yang dingin. Hujan yang deras di siang hari membuat macet semakin tak terkendali. Sopir angkot yang pemberani, membawa kami ke Kawah Putih dengan kapasitas penumpang melebihi jumlah jari yang kami miliki. Begitu pula Tangkuban Perahu. Kawah yang indah dengan danau hijaunya. Tuhan maha Indah dengan segala ciptaanya. Manusia memagarinya untuk ditarik rupiah.
Sedikit berbelok ke Reangasdengklok. Mengunjungi rumah tua sejarah kemerdekaan republik ini. Sungguh sebuah ironi, rumah H-1 Kemerdekaan RI, sedikit sekali yang peduli. Hujan menemanai pembicaraan kami dengan cucu Djiaw Kie Song. Betapa ramah menemui kami. Tak memandang warna kulit kami. Karena merupakan saudara seibu pertiwi.
Kembali ke Bandung Kota. Taman-taman begitu indah. Masjid Salman begitu sejuknya. Darut Tauhid dengan kehidupannya. Asia-Afrika yang menyimpan tanya.

7 Hari 3 Kota 1 Cinta
Dan tentang Yogyakarta. 3 kali kami ke sini. Untuk waktu yang kurang dari satu tahun. Tapi sungguh Yogya tak ada bosannya. Bertemu saudara dan kawan lama. Kami mulai dari Alun-alun kidul. Bermain-main dengan Wringin Kembar. Bagi kami bukan tahayul. Karena memang mata selalu menjadi alat ukur. Di masjid Kauman kami menginsyafi, bagaiman Achmad Dahlan merubah citra masjid ini. Malioboro masih seperti dulu. Pedagang kaki lima dan pengamen menjadi ciri. Tawar menawar sampai jadi.

7 Hari 3 Kota 1 Cinta
Dan pada akhirnya makna terpenting dari suatu perjalanan adalah bahwa kita harus kembali pulang. Dan menyadari bahwa titik nol perjalanan kita adalah sama dengan titik akhir perjalanan kita. Berawal dari ketiadaan dan kembali pada ketiadaan. Lalu memang yang sebenarnya ada hanyalah Dia.
Ping balik: Istanbul 2: The City’s Con Artist – Kaki Kaki Kita