Singapore (Part 12): “Lost” in Garden by the Bay

Kami berjalan di sepanjang teluk Marina yang terkenal itu. Langit mulai gelap. Cahaya dari gedung-gedug di sekitar mulai bermunculan. Berkelap-kelip. Memberikan semangat kepada kaki-kaki kami yang mulai kelelahan. Disepanjang perjalanan kami bertemu dengan orang-orang yang sedang berolahraga, dengan ponsel berada di lengannya untuk mengukur berapa kalori yang sudah terbakar.

Di tepian teluk Marina berjejer wisatawan-wisatawan bersenda gurau dengan keluarganya. Kami juga melewati bangunan semacam super stage for concert. Dengan tribun yang sangat besar menghadap ke panggung itu. Seteleahnya kami menyeberang Helix bridge yang sangat terkenal itu. Membawa kami mendekat ke Marina Bay Sands di mana kami berencana melihat araksi air mancur dari spot yang berbeda dari kemarin.

Lagu Louis Armstrong mengiringi pertunjukan itu. Semburan air di depan kasino terbesar di Singapura itu nampak seperti menari-nari. Mengikuti irama lagu penyanyi berkulit hitam tersebut. Asap dan gelembung udara juga bermunculan dari tribun penonton yang nampaknya sudah penuh satu beberapa menit sebelum pertunjukan itu dimulai. Indah. Dan yang terpenting adalah gratis. Aku membayangkan Surabaya memiliki hal yang sama seperti ini di pantai Kenjerannya. Semoga suatu saat nanti.

Setelah melihat pertunjukan itu kami masuk ke dalam bangunan Marina Bay Sands. Ternyata ada Mall di sana. Tentunya barang yang dijualpun adalah barang-barang berkelas yang backpacker seperti kami mana mungkin bisa membelinya. Di sana kami melihat sebuah pintu yang dijaga ketat oleh para bodyguard. Sepertinya pintu itu adalah pintu untuk menuju ruangan perjudian. Kabarnya para penjudi-penjudi di Indonesia sanggup menghabiskan milyaran rupiah semalam untuk bermain di sana. Sungguh sebuah anomali.

Dan kami keluar di sisi belakang Marina Bay Sands. Dari pintu belakang itu, di kejauhan nampak bangunan seperti tower. “Super Tree” kata Nurul. Dia ingin sekali ke sana. Dari awal rencana kami liburan ke Singapura, temat yang ingin ia kunjungi adalah Garden By The Bay. Meskipun langkah-langkah ini lelah dan perasaan yang sedikit capek. Pada akhirnya, aku tidak ingin dia kecewa.

Melihat peta yang berada di pintu masuk, lokasi Super Tree tepat berada di tengah tengah taman yang berada di tanah reklamasi yang menurut kabar pasirnya di ambil dari pantai-pantai dan laut Indonesia. Untuk menuju ke sana kami harus melewati jembatan-jembatan dan menyeberangi danau. Ini seperti berada di tengah hutan. Banyak tumbuhan dan pohon dengan cahaya yang sangat minim. Setelah berbekal peta dari hasi memotret denah yang kami temui di pintu masuk tadi walhasil kami berhasil menemukan pohon yang tinggi itu.

Lima menit kemudian terdengar bunyi agar pengunjung rileks dan duduk di tempat yang telah disediakan. Aku sendiri memilih duduk tepat di bawah salah satu Super Tree. Setelah itu terdengar bunyi-bunyian burung diiringi lagu-lagu relaksasi. Serta yang tak kalah menarik adalah pertunjukan cahaya dari lampu-lampu yang berada di sekitar Giant Tree. Dan yang terpenting dari yang paling penting adalah semua fasilitas pertunjukan dan taman Giant Tree ini GRATIS.

Nurul merasa puas bisa mngunjungi taman itu. Seperti mimpi katanya. Aku hanya bisa tersenyum. Waktu menunjukkan pukul 10.00 Waktu Singapura. Setelah itu kami kembali ke hotel.

Tinggalkan komentar