Impromptu Bromo

#BunyiAlarm#… kuambil hape di samping tempat tidur, ya Allah jam 02.30 am… tadi malem lupa nyetel alarm buat bangun lebih pagi,, kan hari ini mau ke Bromo… Ku bangunkan mas yg masih tidur ganteng J, setelah sholat tahajud dan semua persiapan beres (ternyata tadi malem mas udah nyiap2in semuanya,, makasih cintaaa… J). Perjalananpun dimulaiii… Bromooo… i’m comiinggg….

Jalanan masih sepi, motorpun dilaju dengan sedikit kencang oleh mohammadku,, tak lupa kami isi bensin fulltank d pom bensin yang tidak ada tulisan ‘Bensin Habis’. Maklumlah beberapa hari ini di negri kami tercintah sedang ada gosip kenaikan harga BBM bersubsidi (katanya kenaikan ini dilakukan untuk mengatasi defisit anggaran yang mengancam Indonesia Raya ini). Biasanya sih kalo muncul isu seperti itu, bensin2 pada hilang entah kemana.

Okay.. kita kembali ke topik utama kita, melesat menembus dinginnya pagi, menuju Bromo yang dinanti 😀 . Setelah menempuh perjalanan selama 2,5 jam (mampir masjid juga tadi,,bwt sholat shubuh). Akhirnya kami sampai d Cemorolawang. Cemorolawang merupakan desa terdekat dengan gunung Bromo, karenanya banyak homestay di daerah tersebut.  Darisana terlihat hamparan lautan pasir yg mengelilingi gunung bromo dan gunung batok yang diselimuti kabut. Subhanallah… maha besar Allah atas segala ciptaanNya,, pemandangan yang sungguh menakjubkan… udara dingin seakan menusuk tulang. Kaki tanganku seperti mati rasa. Bener-bener diingiiinn… padahal udah pake sarung tangan yg tadi d tawari sama mas2 d pom bensin (kami isi lagi bensin untuk kedua kalinya sebelum naik ke Cemorolawang. sebenernya masih cukup banyak,tapi jaga2 aja takutnya pas diatas kami kehabisan bensin,, kan repot ciinn… J).

Di cemorolawang ini pula pintu masuk daerah wisata gunung Bromo berada. Setelah membayar tiket masuk seharga Rp. 50.000,- (sudah termasuk motor dan 2penumpang) kami mampir dulu di tempat parkir terdekat. Bukan untuk parkir motor tapi mencari toilet (#efekUdaraDingin hehe..) disana kami bertemu dengan kawan lama mohammad. Teman seperjuangan waktu duduk dibangku kuliah. Mas Wiwid namanya, asli Bromo (masih keturunan suku Tengger).

Karena matahari semakin tinggi, kamipun segera turun ke bawah untuk menuju puncak gunung bromo. ternyata medannya tidak seperti yang kami kira, pasir yang sangat tebal (kata mas wiwid hasil dari letusan g. Bromo pada tahun 2010) membuatq harus sering2 turun dari boncengan dan mendorong motor yang di sopiri mas ganteng J. Ditengah perjalanan kami melihat sepasang kekasih (mungkin itu istrinya) terjatuh saat mencoba menaklukkan lautan pasir, dan sparkboard tiger merekapun patah… kasihannn…

Setelah melewati lautan pasir, tibalah kami di G. Batok. Gunung yang terletak persis disebelah G. Bromo. entah kenapa pengunjung hari itu sangat ramai. Mungkin karena saat itu adalah hari minggu.

Saya kira wisata alam seperti ini bakalan sepi pengunjung. Ternyata malah lebih rame daripada pengunjung mall hehe…

Motor kami parkirkan di dekat G. Batok. Oia,, di samping parkiran ada pemandangan yang menarik. Disana ada sebuah bangunan, tidak cukup besar tp sepertinya masih baru. Ada banyak orang yang mengantri didepan bangunan tersebut. Akupun penasaran dan bertanya pada mohammadku.. “mas,,orang2 itu antri apa??” “ya itu tangga untuk naik ke puncak G. Bromo” jawabnya.. “bukan yang itu mas…yg disana itu lho..bangunan yang ijo itu,,ada apanya disana??” “oalah itu…ada toilet..” jawabnya sambil ngikik… L yaelahh.. kirain mini art galery ato apa 😀

Pendakian dimulai,, mungkin bagi sebagian orang yang sering mendaki gunung, hal seperti ini sangat amatlah biasa. Namun bagiku yang pertama kalinya merasakan naik gunung sangat amatlah ruarr..biasa.. ‘engap’nya. Apalagi pas ada kuda lewat…fiuhh debu+baunya bikin sesak nafas ^_^#

Berkali-kali kami berhenti, sekedar untuk mengatur nafas ato me’reload energi kami dengan kripik pisang hahaa… ternyata mas membawanya. Itu makanan saya beli untuk cemilan dirumah.

Untuk sampai di puncak ada dua jalan yang bisa ditempuh. Menggunakan tangga yang memang disediakan untuk para pengunjung ato jalur alternatif lain yang sepertinya dibuat sendiri oleh orang2 yang tidak mau mengantri untuk sampai di puncak Bromo dan sepertinya juga lebih dekat jaraknya. Tapi menurut kami lebih aman menggunakan tangga karena ada pegangan di samping2 sisinya, dan alasan lainnya karena di jalur alternatif medannya lebih susah dan sempit. Tanjakan biasa saja saya sudah ngos-ngosan, apalagi dengan medan yang curam ampun dah.. saya menyerah.. bukannya apa-apa,,ini masalah nyawa bro..dan saya masih kepingin memberikan cucu pada orang tua saya.. hihiii….

Di tanggapun kami masih sering menepi merapatkan diri ke handle tangga,,membiarkan orang2 dibelakang kami melewati kami terlebih dahulu. Bener2 perjuangan yang luar biasa. Sekali lagi ini pengalaman pertama saya naik gunung. Meskipun melelahkan namun cukup menyenangkan bagiku J. Akhirnya kami tiba dipuncak klasemen hahaa.. puncak G.Bromooo…

Hemm.. bau belerang cukup menyengat hidung. Tepi2 puncaknya dipagari, kutengok kebawah dalam kawah. Asap belerang mengepul tebal. Ngeri juga lama2 di puncak. Aku dan Mohammad segera turun,, alhamdulillah turunnya gak se’menyiksa’ saat naik tadi. Berhasil melewati tangga,kami berhenti sejenak di warung (ato apa itu sebutannya untuk orang yg berjualan dengan lapak sederhana,,warung tempel mungkin hehe..) si mohammad kelaparan (kakinya gemetar katanya hihi… maklum dr td pagi belum makan apa2, kecuali keripik pisang) kamipun memesan pop mie yummy…

Berhasil taklukkan G. Bromo kami tak langsung pulang. Kami melanjutkan perjalanan kami menuju bukit teletubbies. Lucu ya namanya,, kata mohammad bukitnya mirip sama bukit yg ada di pilm teletubbies itu. Kami kesana tak jalan kaki, kami tunggangi lagi motor perjuangan kami. Oia selepas dari parkiran kami sempat melihat fenomena ‘angin pentil muter’ (sebutan kami untuk angin puting beliung ahahaaa….)  awalnya kecil,,lama2 membesar. Semua yang dilewatinya dia sapu, termasuk juga warung yg ada di dekatnya.. kasihan sekali pemilik warung itu.

Bukit teletubbies terasa sangat jauh. Itu karena kami harus melewati lautan pasir yg sangat menguras tenaga. Seringkali aku turun dari boncengan (daripada jatuh kayak mbak mas tadi). Sebelum bukit teletubbies, ada daerah yang diberi nama pasir berbisik. Bagus deh tempatnya… kalo kita disana dan pas gak ada satu orangpun, serasa jadi penghuni bumi satu2nya.. kami, aku dan mohammad, berasa seperti Adam dan Hawa hahahaa…

Finnaly… terlewati sudah padang masyharnya.. #eh.. padang pasirnya J tibalah kami di bukit teletubbies. Sayang saat ini sedang musim panas. Bukitnya jadi tak seberapa hijau, tapi masih tetap indah bin elok kok J. Sssttt… ada yang lagi foto prewed… kami gak mau kalah doong.. pasang tripod, ambil posisi, postwed siap dilaksanakan!!! Mau pegangan tangan ato peluk2an,,tak jadi masalah… sudah halalan toyiban broo… 😀

Sesi foto postwed berakhir, berakhir pula perjalanan kami kali ini. Saat hendak pulang,kami sempat binggung mau pilih jalan yg mana. Ada dua jalur pulang yang bisa kita ditempuh. Lewat Tumpang dan tembus ke Malang ato balik lagi lewat cemorolawang yg tembus ke Tongas, Probolinggo. Menurut mbah google jika kita ingin ke Surabaya akan lebih dekat jaraknya jika lewat Tumpang. Tapi menurut bapak2 penjual bakso disana, lebih enak lewat Tongas. Karena teringat akan perjuangan menaklukkan gurun pasir, kami sempat berniat hendak lewat Tumpang saja. Namun bapak-bapak baik hati itu memberikan tips agar mudah melewati pasir2 yang bandel itu. Caranya ternyata sangat mudah: KEMPOSIN BAN MOTOR KITA!!! Dan hasilnya.. Taraaaa….mudah saja bagiku..mudah saja untukmuu..andai saja..kutahu semenjak taadii.. #sheilaOn7 😀

Pulaaanggg….  karena sudah sangat siang, rencana tuk mampir di air terjun mandakari kami urungkan. Kami pending untuk lain waktu. Sepanjang perjalanan kiri kanan kulihat saja, banyak pohon-mie ayaaammm…kami melewati warung mie ayam (kali ini bener2 warung) mohammad putar balik motornya, kami serbu mie ayam J

Lewati beberapa desa,akhirnya ketemu juga sama jalan raya probolinggo. Masih inget Laka maut Tongas yang menewaskan 20 orang (Sebuah mobil pick up terbuka yang memuat 32 orang (bayangkan!) bertabrakan dengan truk bermuatan tepung setelah menyalip dua mobil dan satu bus. Penumpang pick up terlempar akibat benturan yg sangat keras, kondisi pick up rusak berat, dan sopir truk terjepit). Untuk memberi peringatan pada para pengguna jalan lain. Dibangunlah monumen Laka Maut Tongas dari bangkai pick up tersebut. semoga kita bisa lebih berhati-hati dalam berkendara dan tak akan ada lagi kejadian serupa.

POM Bensin di tepi kabupaten Pasuruan menjadi pilihan kami tuk lakukan ISHOMA (recomended banget bwt istirahat setelah perjalanan jauh). Setelah dirasa cukup bugar untuk melanjutkan perjalanan kami segera beranjak dari sana. Daaann ketika melewati jalan Gempol kami tak kuasa menahan rasa ituu… rasa untuk menyantap klepon ‘Wahyu’. Daerah gempol memang terkenal akan kleponnya. Klepon yg dijual kebanyakan masih fress from the oven alias masih baru bin hangat. Gula merah dalam kleponnya akan meletus ketika digigit..hemm legiittnyaa… Rasanya tak ada yang menandingi klepon gempol :D. di sepanjang jalan gempol banyak ditemui warung2 yang menjual klepon. Kami mampir di salah satu pejaja klepon langganan kami. Oia mengenai kenapa semua klepon gempol dinamai klepon ‘wahyu’. menurut ibu penjual klepon, ‘Wahyu’ merupakan kesepakatan pedagang2 disana untuk menyamakan merk dagang sehingga kotak pembungkus kleponnya seragam. jadi bukan karena di produksi oleh satu orang bernama Wahyu (itu mah pikiran saya doang :D)

Setelah menghabiskan 2 kotak klepon dan segelas teh anget (mohammad minum es teh,,tidak bisa move on dia dari “ice tea” :D) tak lupa membeli beberapa bungkus untuk tetangga, kamipun pulang dengan perut terisi penuh. Alhamdulillah….

(Foto-foto lengkapnya cek di sini)

Tinggalkan komentar