Rencananya dari Little India kami akan mengambil kereta menuju Dobby Ghaut. Kemudian dari sana kami akan pindah ke “North-South Line” menuju Orchard. Faktanya hampir semua kereta yang akan kami tumpangi penuh dan sesak. Kami baru sadar bahwa kami terjebak dalam Rush Hour of Singapore. Sesegara mungkin kau memutuskan untuk mengambil kereta arah sebaliknya alias memutar. Kami menuju Punggol. Rencananya dari sana kami akan tidak turun dari kereta dan menggunakan kereta yang sama menuju ke Dhobby Ghaut. Padahal selisih Little India dan Dhobby Ghout hanya satu stasiun dan jika kami memutar lewat Punggol artinya kami akan menempuh lebih dari 20 stasiun. Tapi tidak mengapa, karena selain semua biaya tercover oleh STP yang kami miliki, kami berharap menemukan pengalaman unik di kereta.
Kereta menuju Punggol sudah tiba. Jika yang menuju Dhobby Ghaut sangat penuh sesak. Kereta yang menuju Punggol sebaliknya, sepi dan lengang. Aku memilih tempat duduk di depan. Dan aku terkejut ketika menyaksikan bahwa kereta ini berjalan tanpa awak. Alias tidak ada masinis yang engemudikan laju kereta ini. Subhanallah, sudah secanggih inikah teknologi transportasi negara yang merdeka 20 tahun setelah negara kami mendeklarasikan kemerdekaannya? Aku bisa melihat rel tempat kereta ini melaju. Sungguh pengalaman yang menarik. Kami tidak menyesal untuk berputar jauh ke Punggol.
Tak lama kemudian kami tiba di Punggol. Setelah itu kereta berbalik arah menuju Dhobby Ghaut. Awalnya kami duduk di bagian depan. Sekarang posisi kami berada di bagian yang paling belakang.
20 menit kemudian kami tiba di Dhobby Ghout. kebanyakan penumpang turun di stasiun ini. Setelah kami telusuri, stasiun ini memang terletak di jantung singapura. Akses ke kantor-kantor dan sekolah juga sangat dekat dengan stasiun ini. Tidak salah jika kereta yang menuju stasiun ii begitu padat di pagi hari.
Dari Dobby Ghout kami pindah ke “North-South Line”. Di map jalur ini berwarna merah. Tidak lama kemudian kami sudah tiba di Stasiun Orchard yang berada tepat di bawah plaza Singapura.

Kami mencoba berjalan menulusuri jalan yang namany sudah sangat masyhur tersebut. bagi kami tidak ada yang spesial di jalan itu. Hanya memang banyak sekali bangunan-bangunan pusat perbelanjaannya. Selain itu kami menemukan tempat yang di sebut Istana. Tempat yang dijaga ketat oleh petugas keamanan. Kami menduga bahwa itu adalah istana Presiden seperti yang ada di Indonesia. kemi belum sempat membuktikannya.
Setelah puas berjalan-jalan menyusuri Orchard Road kami kembali ke Plaza Singapura. Kami harus sudah check out dari hotel sebelum pukul 12.00 waktu singapura. Namun ditengah perjalanan kami di sapa oleh seorang wanita India. Dengan logat khasnya dia menawarkan kepada Nurul untuk mencoba make up dari salonnya. Gratis.
“Lima minit, make up. Bisa lebih canthek-canthek. Suami lebih senang”
Aku menolak tawaran itu meskipun sebenarnya Nurul tertarik. Banyak sekali alasannya. Masalah prinsip. Lagipula aku suka Nurul yang natural. Tak percaya?
