Setelah kami berkeliling Vivo City dan mencoba naik bus namun entah kenapa kartu STP kami senantiasa ditolak kemudian ada mbak-mbak Indoa petugas loket menjelaskan bahwa kartu STP kami hanya bisa digunakan untuk naik bus tertentu saja yang kami tidak akan mengerti akhirnya kami memutuskan bahwa… Okeh fix… kita bakalan keliling Singapura by MRT saja.
Tujuan kami berikutnya adalah Marina Bay. Nama yang tidak asing bukan? Kami memutuskan naik MRT dari Harbour Front menuju ke Marina Bay. Kami membayangkan nanti ketika kami keluar dari stasiun kami akan melihat gedung-gedung besar terutama gedung yang beratapkan Kapal Pesiar. Kami akan segera mengambil foto-foto di sana.
Tapi apa daya…
Ketika kami keluar dari stasiun Marina Bay gedung-gedung tersebut masih jauh. Ternyata kami turun di stasiun yang salah. Jika ingin lebih dekat dengan Marina Bay Sands, seharusnya kami turun di Bay Front Station. Walhasil kami memutuskan untuk jalan kaki menuju titik Marina Bay Sands tersebut. jangan ditanya Jaraknya, memang tidak terlalu jauh. Hanya ditempuh 30 menit dari stasiun MRT Marina Bay, tapi levet di kaki sudah tak tertahan lagi. Jalanpun tertatih-tatih.

Semua sakit dan lelah ternyata terkalahkan oleh semangat petualangan kami. Langitpun agak sedikit tidak bersahabat. It was a very hot sunny day. Di Singapura jam 3 sore masih terasa terik.
Setelah menyeberangi jalan satu dengan jalan yang lainnya. Finally, we found it. Kami menemukan teluk Marina yang terkenal itu. Di belakang kami berdiri tegak gedung Judi terbesar di ASIA Marina Bay Sands. Gedung pencakar langit beratapkan kapal pesiar.

Kami juga berkeliling sekitar teluk itu. Menemukan sebuah toko yang bertuliskan “Louis Vuitton”. Aku sendiri tidak asing dengan nama itu. Ya disanalah barang-barang aksesoris semisal tas, ikat pinggang, dan dompet serba mahal dijual. Nurul mengajakku masuk, namun aku menolaknya. Dan dengan cara yang kurang tepat. Dengan nada keras. Mungkin karena kelelahanku atau karena aku tidak suka dipaksa.Entahlah, firasatku mengatakan tidak penting bagi kami untuk masuk ke sana. Dan firasatku ini nanti menunjukkan kebenarannya.
Wajah Nurul agak masam. Aku mencoba menghiburnya. Tapi sekali masam sepertinya bakalan sulit untuk manis kembali. Aku mencoba sedikit tenang. Tetap mengajaknya bercanda.
Tak jauh dari sana ada bangunan unik berbentuk bunga Teratai. Dan baru kami tahu jika itu adalah museum kesenian Singapura. Sayang tiket masuk ke dalamnya cukup mahal. Kami pun memutuskan tidak masuk ke dalam.
Kami juga mencoba menyeberangi Helix Bridge. Namun menurut informasi jembatan ini lebih bagus pada malam hari. Kami pun memutuskan untuk menyeberanginya pada malam hari.
Dari jembatan tersebut, kami melihat ke arah barat. Kulihat diseberang lautan berjejer gedung-gedung tinggi menjadi lanskap ciri bagi negeri Singa ini. Matahari yang mulai condong membuat pemandangan siluet gedung-gedung itu. Tak jauh dari sana ku Lihat sesosok patung Singa. Remang-remang.
Aku berkata pada Nurul “Itu Merlion…”
Dia menjawab “Kapan kita foto di sana…”
Patung Singa Duyung itu serasa menyihirnya. Raut wajah Nurul kembali normal… Tak lama setelah itu di bawah jembatan ku lihat perahu-perahu wisata sedang lewat. Inilah kesempatanku membayar tragedi “Louis Vuitton” tadi…
nb: Di Bagian ini aku ingin mengucap… “Maaf ya Cinta… ”