Singapura : Part 1 (The Power of Tergesa-gesa)

02.30 Taksi Burung biru saya hubungi dan sang operator bilang akan mencarikan kami carikan taksi terdekat. Hingga pukul 03.15 tak ada suara mesin mobil yang melintas di depan rumah kami. Taksi tak kunjung datang dan tidak ada konfirmasi sama sekali. Sepersekian detik aku memutuskan “Mari naik motor ke bandara dan motor kita titipkan di sana.”

Dengan mengendarai motor yang kebetulan jarum penunjuk isi bahanbakarnya di warna merah lias kritis alias hampir kehabisan bensin ku pacu pelan-pelan karena juga ada masalah pada ban yang kurang angin. Padahal saya seringkali masuk angin. Tetapi anehnya ban motor saya sering kali kekurangan angin. Sembari melihat ke kanan dan ke kiri barangkali ada tukang tabal ban yang buka dini hari. Dan alhamdulillah dua masalah motor kami terselesaikan ketika 15 menit kemudian kami menemukan pom bensin. Selain mengisi pertamax kami juga memanfaatkan fasilitas pompa angin gratis milik pom bensin.

Ku lihat jam tangan waktu menunjukkan pukul 03.45 artinya itu 3 jam lagi kami akan terbang ke luar negeri untuk pertama kali bersama-sama. Ya kami hendak ke Singapura. Destinasi luar negeri termurah yang bisa kami jangkau dengan kondisi kantong kami. 3 Jam itu pula berarti kami harus sesegera mungkin menuju bandara yang jaraknya kurang lebih 15 kilometer dari pom bensin.

Kami tiba di bandara tepat pukul 04.00 WIB. Melihat antrian check in counter yang amat panjang kami berharap semoga saja tidak ketinggalan pesawat. Tepat pukul 04.30 WIB kami selesai malkukan check in dan mendapatkan boarding pass Air Asia QZ 8730 rute Surabaya – Singapura. Kami langsung menuju ke mushalla bandara T2 Juanda karena kami sadar kami belum shalat Subuh. Setelah Shalat di ruangan yang sempit, semoga kata kata sempit membuat PT Angkasa Pura lebih memperhatikan lagi kondisi ruang shalat di dalam bandara, kami bergegas menuju gate 9 T2 Juanda. Dan ternyata lokasinya di ujung bangunan bandara. jadilah kami melakukan lari-lari kecil. Rencana sebelumnya kami hendak berfoto di koridor terminal keberangkatan dengan latar pesawat yang akan membawa kami terbang menjadi pupus. Karena peringatan bahwa gerbang no 9 telah dibuka membuat kami harus bersegera menuju ke sana. Setelah melalui perjuangan yang keras wal hasil kami berhasil menaiki pesawat. Dan kurang dari 5 menit kemudian pintu pesawat ditutup.

Dalam benak kami meskipun kami tidak membicarakannya tapi aku yakin kami sama-sama berpikir pada saat itu… “Liburan ke Luar Negeri… ”

Seperti apakah Singapura berdasarkan pengamatan kami… tunggu kelanjutan ceritanya… 🙂

Tinggalkan komentar